Senin, 06 Oktober 2014

MANCING DI WADUK GAJAHMUNGKUR ( Baturetno / Wonogiri )

@ El Fhivi Arvianto
厄爾尼諾愛維安
LOVE GAJAH MUNGKUR RESEVOIR AND JAMBAL


Berawal dari perkenalan di fesbuk, berlanjut ngobrol tentang dunia permancingan. Aku menemukan banyak kawan komunitas mancing dari berbagai kota. Semula aku hanya ngobrol seputar trik-trik mancing, lama kelamaan timbul gagasan mancing bersama. Atas usul dari mas Agus Setiawan, angler dari Solo, dia banyak bercerita tentang sensasi strike ikan Jambal dan dia mengusulkan mancing di Waduk Gajahmungkur. Semula sebenarnya aku menginginkan trip di sungai Bengawan Solo. Tapi menurut mas Agus, kondisi sungai Bengawan sedang kurang kondusif. Sehingga terpaksa trip di alihkan ke waduk Gajahmungkur dengan target ikan Jambal. Diantara pemancing memang banyak yang belum paham tentang apa ikan Jambal. Karena ikan Jambal saat ini memang hanya terdapat di aliran sungai Berantas, Bengawan Solo dan waduk Gajahmungkur.

Menunggu jemputan datang . . . Kasiaaan. . . .

Perjalanan antara Giritontro dan Giriwoyo

Kesasar di desa Sendang Agung . . . !! Hadoowh . . .!!

Isi BBM di SPBU Pracimantoro

Ceria dan Optimis . .

Usulan menyerang waduk Gajahmungkur dengan ikan Jambal ternyata mendapat sambutan sobat-sobat mancing dari kota-kota lain. Dari Jogja dengan JFC ada mbah Gino dan mbah Wiryo, dari Boyolali ada mas Ranto, dari Pacitan ada mas Aris Tia dan mas Awang Inzaghi, dari Sukoharjo ada pak Jarot Suseno dkk dan yang terjauh rekan2 BFC dari Bumiayu yang dikomandani oleh pak Haji Bisri.
Tujuan utama trip di waduk Gajahmungkur adalah sebagai ajang silaturahim antar pemancing yang selama ini aktif berkomunikasi di Facebook. Mengingat kita semua saling kenal berawal dari fesbuk juga, dan kita semua memang belum pernah saling bertemu satu sama lain. Kesempatan inilah yang akhirnya membuat semangat para angler untuk menghadiri trip di waduk Gajahmungkur.
Mas Aris Tia, Pak Jarot dan Mas Ranto . . Siap tempur . .!!!

Jalan menuju spot . . Hutan dan blusukan . . .


Jadi ingat jaman sekolah ikut pramuka

Mas Karebet terkapar

Jambal pertama naik jam 03.10 WIB

Purnama di atas Gajahmungkur diwaktu shubuh

Bangun tidur . . Terpesona dengan indahnya Gajahmungkur

Mas Ranto dan Risa Oi . . . Ngobrol strategi ngobok . . .

Good Morning Pangasius Djambal . . .

INDAHNYA HARMONI PERSAHABATAN PEMANCING
From this moment . . .



Jam 6 pagi tanggal 26 Juni 2010, aku berangkat dari rumahku, rencananya aku mau lewat Jogja untuk menjemput team JFC, diantaranya Mbah Gino, Mbah Wiryo dan Rante. Mobilku sempat ngadat sebelum perjalanan. Dinamo staternya rewel lagi. Mau masuk bengkel sudah tidak ada waktu lagi. Akhirnya pakai cara akal-akalan saja, yang penting bisa berangkat.
Sampai di Jogja sekitar jam 12 siang, aku menyempatkan shalat dzuhur di masjid dekat pojok benteng kulon. Sementara mbah Gino cs menunggu diwarung burjo. Akhirnya jam 1 siang semua berangkat menuju waduk Gajahmungkur via Wonosari. Perjalanan jauh melewati hutan dan padang batu kapur sempat aku lewati ketika sampai di daerah Bedoyo sampai Pracimantoro. Menurut penelitian, daerah sekitar Bedoyo sampai Pracimantoro zaman purba adalah laut. Bahkan aliran sungai Bengawan Solopun bermuara di pantai Sadeng. Karena terjadi proses vulkanologi, terjadi gempa besar yang menyebabkan dasar laut selatan terangkat kepermukaan. Dampaknya aliran Bengawan Solo menjadi terhenti karena daratan yang seharusnya menurun di aliri air sungai sekarang malah terangkat dan menyebabkan air sungai berbalik arah ke utara. Akibatnya sampai sekarang aliran sungai Bengawan Solo mengalir menuju utara dan bermuara di pantai utara Gresik/Tuban.

Mbah Wiryo, Mas Agus Setiawan dan aku . . .

Ikan menolak mbah dukun bertindak . . .

Mbah Wiryo dan Mas Rante kompak banget euy . .

Meski terlambat sampai di Baturetno gara-gara mobil mogok dan juga sempat nyasar di daerah Giriwoyo dan Giritontro, tapi tak membuat semangat para mancing mania kendor. Di Baturetno kami di jemput mas Agus di depan terminal Batuuretno. Ternyata di rumah mas Karebet sang guide dan mbaureksonya waduk Gajahmungkur sudah penuh dengan para master mancing mania dari berbagai kota. Akhirnya setelah breifing mengenai lokasi dan trik mancing oleh tuan rumah kami menuju waduk yang berjarak sekitar 2 km dari rumah mas Karebet.
Mobil ternyata tak bisa masuk sampai lokasi mancing. Spot mancing berada di lokasi yang agak tersembunyi. Tepatnya di daerah pesareyan Mener. Semula aku tidak tahu daerah apa Mener tersebut. Setelah pagi harinya baru aku tahu, ternyata aku mancing di lokasi pekuburan yang terendam air waduk. Sampai di tepian waduk, hari sudah menjelang gelap, sekitar jam 6 sore. Semalaman di pinggir waduk acara kami tidak hanya memancing. Kami banyak ngobrol dan saling tukar pengalaman dengan para mancing mania masing-masing. Walaupun baru sekali ini bertemu tatap muka, tapi kami merasa seperti kawan lama yang sudah lama sakali tidak pernah bertemu. Mungkin karena kami selama ini sudah akrab di fesbuk, bahkan sering guyon dan ledek-ledekan (kecroh-kecrohan istilahnya wong Solo). Kami tidak merasa ada jarak seperti orang baru kenal. Semalaman kami tidak tidur, bahkan sampai pagi. Malah joran pun tidak lagi kami pedulikan. Berkali-kali joran strike ikan Betutu yang banyak terdapat di waduk ini. Kami sering tidak menyadarinya, tahu-tahu joran sudah roboh ketanah. Untung bukan ikan Jambal yang makan umpan, kalau ikan Jambal sudah makan umpan jangan berharap hanya joran roboh yang saja. Bisa-bisa joran malah hilang di bawa kabur Jambal.
SHOW ME THE DJAMBAL
ACTION WITH DJAMBAL MOMENT
DANCING WITH THE DJAMBAL
Ikan Jambal (Pangasius Djambal)
Baru jam 3 dinihari akhirnya mas Agus bisa menaikkan ikan Jambal pertama seukuran 3 jari. Baru sekali ini aku melihat wujud ikan Jambal (Pangasius Djambal). Selama ini aku hanya tahu ikan Patin Siam (Pangasius Hypophthalmus). Aku sendiri belum paham perbedaan antara kedua jenis patin tersebut. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri baru aku mulai paham perbedaan kedua patin tersebut. Patin Jambal memiliki warna tubuh perak kehijauan, sedangkan Patin Siam berwarna perak kebiru-biruan. Dari patilnya, jelas patil patin Jambal lebih tajam daripada patin Siam. Aku sendiri sempat merasakan tajamnya patil Jambal. Walaupun cuma tergesek sedikit, tapi cukup merasakan nyerinya.
Ikan Lukas (Dangila Cuviera)
Sementara itu, dengan trip di waduk Gajahmungkur telah memberiku pengetahuan baru mengenai keragaman fauna air di waduk ini. Aku menemukan species ikan yang tak kujumpai di daerahku, yaitu ikan Lukas (Dangila Cuviera). Bila diamati, ikan ini mirip dengan ikan Nilem maupun Bandeng, oleh karena itu banyak orang menamakan ikan Lukas sebagai Nilem Tiworo atau Bandengan atau Giligan.
Ikan Baung atau Sogo (Hemibagrus Nemurus)
Ikan Nila Gajahmungkur (Oreochromis Niloticus)
Pada pagi hari, aku baru bisa melihat pemandangan waduk Gajahmungkur seutuhnya. Ternyata waduk Gajahmungkur sangat luas, melebihi luasnya dari waduk Wadaslintang di dekat rumahku. Seumur hidup baru sekali ini aku melihat danau seluas ini. Menurut berita, waduk Gajahmungkur memang waduk terluas di Jawa. Acara selanjutnya kami sempatkan foto-foto bersama untuk kenang-kenangan. Sayang beberapa angler dari Pacitan tidak sempat untuk foto bersama, karena mereka harus pulang setelah subuhan. Karena ada telpon dari rumah mereka, yang mengharuskan mereka pulang lebih awal.
Jam 6 pagi aku keluar area waduk untuk membeli nasi bungkus buat sarapan teman-teman lain. Aku menyusuri jalanan di sekitar pasar Baturetno. Terlihat pasar sudah mulai menggeliat ramai dengan buruh pasar berlalu-lalang dengan barang bawaannya. Ternyata perekonomian Baturetno cukup maju juga. Ini terlihat dari keramaian pasarnya. Meski di sana-sini masih terdapat jomplangnya ekonomi masyarakat, tapi secara keseluruhan sudah bisa dikatakan sebagai kota kecamatan yang maju perekonomiannya. Sejak pagi sampai siang kami mancing dengan cara masing-masing. Ada yang hobbynya mancing ngobok seperti mas Ranto. Istilah mancing ngobok memang tren di daerah Surakarta. Tapi untuk aku secara pribadi, aku kurang menyukai mancing model seperti ini. Bisa-bisa tubuhku jadi kram kalau memaksakan mancing ngobok.
Mas Ranto Anake Mbok Ami . . . Sang Master "NGOBOK"
Pasukan Amphibi dari Bumiayu Batayon H Bisri Zaeny
Sang Penggagas trip bersama waduk Gajahmungkur
Jambal tak muat masuk dalam termos es-ku
Back to Jogja & Wonosobo
See U again my friend . . . From Wonogiri I have nice memory
Menjelang tengah hari jam 12 siang, aku terpaksa harus berkemas untuk pulang. Karena mengingat perjalananku masih jauh dan melelahkan. Aku tidak akan memaksakan diri untuk mancing sampai sore. Sudah cukup ikan Jambal yang kuperoleh untuk oleh-oleh anakku dirumah. Setelah berpamitan dengan mas Karebet dan mas Agus. Aku tinggalkan Baturetno yang indah ini. Entah kapan aku bisa kembali lagi mancing di waduk Gajahmungkur lagi. Semoga suatu saat aku bisa kembali lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar