MANCING DI WADUK GAJAHMUNGKUR ( Baturetno / Wonogiri )
@ El Fhivi Arvianto
厄爾尼諾愛維安
LOVE GAJAH MUNGKUR RESEVOIR AND JAMBAL
厄爾尼諾愛維安
Berawal dari perkenalan di fesbuk,
berlanjut ngobrol tentang dunia permancingan. Aku menemukan banyak
kawan komunitas mancing dari berbagai kota. Semula aku hanya ngobrol
seputar trik-trik mancing, lama kelamaan timbul gagasan mancing bersama.
Atas usul dari mas Agus Setiawan, angler dari Solo, dia banyak
bercerita tentang sensasi strike ikan Jambal dan dia mengusulkan mancing
di Waduk Gajahmungkur. Semula sebenarnya aku menginginkan trip di
sungai Bengawan Solo. Tapi menurut mas Agus, kondisi sungai Bengawan
sedang kurang kondusif. Sehingga terpaksa trip di alihkan ke waduk
Gajahmungkur dengan target ikan Jambal. Diantara pemancing memang banyak
yang belum paham tentang apa ikan Jambal. Karena ikan Jambal saat ini
memang hanya terdapat di aliran sungai Berantas, Bengawan Solo dan waduk
Gajahmungkur.
Ceria dan Optimis . .
Mas Aris Tia, Pak Jarot dan Mas Ranto . . Siap tempur . .!!!
Jalan menuju spot . . Hutan dan blusukan . . .
Jadi ingat jaman sekolah ikut pramuka
Mas Karebet terkapar
Jambal pertama naik jam 03.10 WIB
Purnama di atas Gajahmungkur diwaktu shubuh
Bangun tidur . . Terpesona dengan indahnya Gajahmungkur
Mas Ranto dan Risa Oi . . . Ngobrol strategi ngobok . . .
INDAHNYA HARMONI PERSAHABATAN PEMANCING
From this moment . . .
Mbah Wiryo, Mas Agus Setiawan dan aku . . .
Ikan menolak mbah dukun bertindak . . .
Mbah Wiryo dan Mas Rante kompak banget euy . .
Usulan
menyerang waduk Gajahmungkur dengan ikan Jambal ternyata mendapat
sambutan sobat-sobat mancing dari kota-kota lain. Dari Jogja dengan JFC
ada mbah Gino dan mbah Wiryo, dari Boyolali ada mas Ranto, dari Pacitan
ada mas Aris Tia dan mas Awang Inzaghi, dari Sukoharjo ada pak Jarot
Suseno dkk dan yang terjauh rekan2 BFC dari Bumiayu yang dikomandani
oleh pak Haji Bisri.
Tujuan
utama trip di waduk Gajahmungkur adalah sebagai ajang silaturahim antar
pemancing yang selama ini aktif berkomunikasi di Facebook. Mengingat
kita semua saling kenal berawal dari fesbuk juga, dan kita semua memang
belum pernah saling bertemu satu sama lain. Kesempatan inilah yang
akhirnya membuat semangat para angler untuk menghadiri trip di waduk
Gajahmungkur.
Jalan menuju spot . . Hutan dan blusukan . . .
Jadi ingat jaman sekolah ikut pramuka
Mas Karebet terkapar
Jambal pertama naik jam 03.10 WIB
Purnama di atas Gajahmungkur diwaktu shubuh
Bangun tidur . . Terpesona dengan indahnya Gajahmungkur
Mas Ranto dan Risa Oi . . . Ngobrol strategi ngobok . . .
Good Morning Pangasius Djambal . . .
INDAHNYA HARMONI PERSAHABATAN PEMANCING
Jam
6 pagi tanggal 26 Juni 2010, aku berangkat dari rumahku, rencananya aku
mau lewat Jogja untuk menjemput team JFC, diantaranya Mbah Gino, Mbah
Wiryo dan Rante. Mobilku sempat ngadat sebelum perjalanan. Dinamo
staternya rewel lagi. Mau masuk bengkel sudah tidak ada waktu lagi.
Akhirnya pakai cara akal-akalan saja, yang penting bisa berangkat.
Sampai
di Jogja sekitar jam 12 siang, aku menyempatkan shalat dzuhur di masjid
dekat pojok benteng kulon. Sementara mbah Gino cs menunggu diwarung
burjo. Akhirnya jam 1 siang semua berangkat menuju waduk Gajahmungkur
via Wonosari. Perjalanan jauh melewati hutan dan padang batu kapur
sempat aku lewati ketika sampai di daerah Bedoyo sampai Pracimantoro.
Menurut penelitian, daerah sekitar Bedoyo sampai Pracimantoro zaman
purba adalah laut. Bahkan aliran sungai Bengawan Solopun bermuara di
pantai Sadeng. Karena terjadi proses vulkanologi, terjadi gempa besar
yang menyebabkan dasar laut selatan terangkat kepermukaan. Dampaknya
aliran Bengawan Solo menjadi terhenti karena daratan yang seharusnya
menurun di aliri air sungai sekarang malah terangkat dan menyebabkan air
sungai berbalik arah ke utara. Akibatnya sampai sekarang aliran sungai
Bengawan Solo mengalir menuju utara dan bermuara di pantai utara
Gresik/Tuban.
Mbah Wiryo, Mas Agus Setiawan dan aku . . .
Ikan menolak mbah dukun bertindak . . .
Mbah Wiryo dan Mas Rante kompak banget euy . .
Meski
terlambat sampai di Baturetno gara-gara mobil mogok dan juga sempat
nyasar di daerah Giriwoyo dan Giritontro, tapi tak membuat semangat para
mancing mania kendor. Di Baturetno kami di jemput mas Agus di depan
terminal Batuuretno. Ternyata di rumah mas Karebet sang guide dan
mbaureksonya waduk Gajahmungkur sudah penuh dengan para master mancing
mania dari berbagai kota. Akhirnya setelah breifing mengenai lokasi dan
trik mancing oleh tuan rumah kami menuju waduk yang berjarak sekitar 2
km dari rumah mas Karebet.
Mobil
ternyata tak bisa masuk sampai lokasi mancing. Spot mancing berada di
lokasi yang agak tersembunyi. Tepatnya di daerah pesareyan Mener. Semula
aku tidak tahu daerah apa Mener tersebut. Setelah pagi harinya baru
aku tahu, ternyata aku mancing di lokasi pekuburan yang terendam air
waduk. Sampai di tepian waduk, hari sudah menjelang gelap, sekitar jam 6
sore. Semalaman di pinggir waduk acara kami tidak hanya memancing. Kami
banyak ngobrol dan saling tukar pengalaman dengan para mancing mania
masing-masing. Walaupun baru sekali ini bertemu tatap muka, tapi kami
merasa seperti kawan lama yang sudah lama sakali tidak pernah bertemu.
Mungkin karena kami selama ini sudah akrab di fesbuk, bahkan sering
guyon dan ledek-ledekan (kecroh-kecrohan istilahnya wong Solo).
Kami tidak merasa ada jarak seperti orang baru kenal. Semalaman kami
tidak tidur, bahkan sampai pagi. Malah joran pun tidak lagi kami
pedulikan. Berkali-kali joran strike ikan Betutu yang banyak terdapat di
waduk ini. Kami sering tidak menyadarinya, tahu-tahu joran sudah roboh
ketanah. Untung bukan ikan Jambal yang makan umpan, kalau ikan Jambal
sudah makan umpan jangan berharap hanya joran roboh yang saja. Bisa-bisa
joran malah hilang di bawa kabur Jambal.
SHOW ME THE DJAMBAL
ACTION WITH DJAMBAL MOMENT
DANCING WITH THE DJAMBAL
Ikan Jambal (Pangasius Djambal)
Baru
jam 3 dinihari akhirnya mas Agus bisa menaikkan ikan Jambal pertama
seukuran 3 jari. Baru sekali ini aku melihat wujud ikan Jambal (Pangasius Djambal). Selama ini aku hanya tahu ikan Patin Siam (Pangasius Hypophthalmus).
Aku sendiri belum paham perbedaan antara kedua jenis patin tersebut.
Setelah melihat dengan mata kepala sendiri baru aku mulai paham
perbedaan kedua patin tersebut. Patin Jambal memiliki warna tubuh perak
kehijauan, sedangkan Patin Siam berwarna perak kebiru-biruan. Dari
patilnya, jelas patil patin Jambal lebih tajam
daripada patin Siam. Aku sendiri sempat merasakan tajamnya patil Jambal.
Walaupun cuma tergesek sedikit, tapi cukup merasakan nyerinya.
Ikan Lukas (Dangila Cuviera)
Sementara itu, dengan trip di
waduk Gajahmungkur telah memberiku pengetahuan baru mengenai keragaman
fauna air di waduk ini. Aku menemukan species ikan yang tak kujumpai di
daerahku, yaitu ikan Lukas (Dangila Cuviera). Bila diamati, ikan ini
mirip dengan ikan Nilem maupun Bandeng, oleh karena itu banyak orang
menamakan ikan Lukas sebagai Nilem Tiworo atau Bandengan atau Giligan.
Ikan Baung atau Sogo (Hemibagrus Nemurus)
Ikan Nila Gajahmungkur (Oreochromis Niloticus)
Pada
pagi hari, aku baru bisa melihat pemandangan waduk Gajahmungkur
seutuhnya. Ternyata waduk Gajahmungkur sangat luas, melebihi luasnya
dari waduk Wadaslintang di dekat rumahku. Seumur hidup baru sekali ini
aku melihat danau seluas ini. Menurut berita, waduk Gajahmungkur memang
waduk terluas di Jawa. Acara selanjutnya kami sempatkan foto-foto
bersama untuk kenang-kenangan. Sayang beberapa angler dari Pacitan tidak
sempat untuk foto bersama, karena mereka harus pulang setelah subuhan.
Karena ada telpon dari rumah mereka, yang mengharuskan mereka pulang
lebih awal.
Jam
6 pagi aku keluar area waduk untuk membeli nasi bungkus buat sarapan
teman-teman lain. Aku menyusuri jalanan di sekitar pasar Baturetno.
Terlihat pasar sudah mulai menggeliat ramai dengan buruh pasar
berlalu-lalang dengan barang bawaannya. Ternyata perekonomian Baturetno
cukup maju juga. Ini terlihat dari keramaian pasarnya. Meski di
sana-sini masih terdapat jomplangnya ekonomi masyarakat, tapi secara
keseluruhan sudah bisa dikatakan sebagai kota kecamatan yang maju
perekonomiannya. Sejak pagi sampai siang kami mancing dengan cara
masing-masing. Ada yang hobbynya mancing ngobok seperti mas Ranto.
Istilah mancing ngobok memang tren di daerah Surakarta. Tapi untuk aku
secara pribadi, aku kurang menyukai mancing model seperti ini. Bisa-bisa
tubuhku jadi kram kalau memaksakan mancing ngobok.
Mas Ranto Anake Mbok Ami . . . Sang Master "NGOBOK"
Pasukan Amphibi dari Bumiayu Batayon H Bisri Zaeny
Sang Penggagas trip bersama waduk Gajahmungkur
Jambal tak muat masuk dalam termos es-ku
Back to Jogja & Wonosobo
See U again my friend . . . From Wonogiri I have nice memory
Menjelang
tengah hari jam 12 siang, aku terpaksa harus berkemas untuk pulang.
Karena mengingat perjalananku masih jauh dan melelahkan. Aku tidak akan
memaksakan diri untuk mancing sampai sore. Sudah cukup ikan Jambal yang
kuperoleh untuk oleh-oleh anakku dirumah. Setelah berpamitan dengan mas
Karebet dan mas Agus. Aku tinggalkan Baturetno yang indah ini. Entah
kapan aku bisa kembali lagi mancing di waduk Gajahmungkur lagi. Semoga
suatu saat aku bisa kembali lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar